Disiplin Siswa Tergantung Dari Disiplin Guru

    Tuntutan terhadap siswa untuk berdisiplin sangat dituntut oleh sekolah. Untuk menjadikan mereka untuk berdisiplin adalah tugas semua guru dan harus dengan kerja keras. Dan Guru juga harus memberikan contoh terhadap mereka.                                                 
                                                                                            



Cara membuat siswa berdisiplin :

  1. Guru datang lebih dahulu kesekolah dan pulang belakangan dari siswa.

Jika guru bisa datang lebih dulu daripada siswa, maka siswa akan mengikutinya. Selama ini mereka datang terlambat karena mereka sudah terbiasa lambat mengikuti jam pelajaran dan mereka menganggap guru yang bersangkutan belum datang. Jika guru pulang biarkanlah siswa pulang dahulu, biar mereka bisa menilai seorang guru benar-benar bertanggungjawab terhadap mereka selama masih disekolah.

  1. Sebelum bel masuk berbunyi guru sudah ada didepan kelas.

Guru harus siap di depan kelas sebelum bel masuk berbunyi. Kalau hal ini dilakukan guru secara rutin niscaya siswa akan terbiasa tepat waktu. Jika gurunya masuk setelah bel berbunyi mereka akan meremehkan kedisiplinan.

  1. Jangan tinggalkan kelas saat proses belajar-mengajar berlangsung.

Jarang ditemui dikelas siswa yang tidak ribut ketika guru tidak ada dikelas, maka guru harus berusaha untuk tetap dikelas selama proses belajar-mengajar berlangsung.

  1. Jadikan guru sosok disegani, jangan ditakuti (killer).

Seorang guru lebih baik disegani daripada di takuti. Siswa akan sepenuh hati menuruti perintah guru yang disegani tanpa beban. Sebaliknya siswa akan merasa terpaksa menuruti perintah guru yang ditakuti dan tidak ikhlas.

  1. Menjadi guru yang menyenangkan.

Jika seorang guru menyenangkan akan lebih mudah mengatur siswa. Siswa tidak akan segan untuk bertanya jika mereka tidak mengerti karena mereka tahu guru tersebut sangat menyenangkan.

  1. Memberikan sanksi tidak berlebihan.
Jangan memberikan siswa sanksi yang berlebihan (kontak tubuh) seperti memukul, menampar dll. Berikanlah mereka hukuman berupa kegiatan seperti membersihkan toilet, mencabu rumput, mengisi air bak, berlari mengelilingi sekolah, dijemur ditengah lapangan dll.

    Guru dan siswa memiliki hal yang timbal balik. Guru wajib mengajari siswa, siswa berhak mendapatkan pelajaran dari guru. Masalah kedisiplinan juga harus demikian, jangan menimbulkan rasa ketidakadilan bagi siswa. Menciptakan kedisiplinan, guru dan siswa harus bekerjasama.

Referensi : Fajar Ardyanto

Kedisiplinan Siswa di Sekolah

  
   Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik itu tidaklah mudah yang kita bayangkan. Perubahan itu melalui perjalanan yang panjang, berjenjang, dan berkesinambungan. Satu-satunya jalur yang dapat ditempuh yakni dengan pendidikan.
   Siswa adalah orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangannya harus melalui proses belajar. Termasuk di dalamnya belajar mengenal diri, belajar mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Ini dilakukan agar siswa dapat mengetahui dan menempatkan posisinya di tengah-tengah masyarakat sekaligus mampu mengendalikan diri.
Sifat pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Pengendalian diri di sini dimaksudkan adalah suatu kondisi di mana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap dan berlebih-lebihan. Berarti dalam sifat pengendalian diri tersebut terkandung keteraturan hidup dan kepatuhan akan segala peraturan. Dengan kata lain, perbuatan siswa selalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Bila demikian, akan tumbuh rasa kedisiplinan siswa untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan yang berlaku di sekolah. Mematuhi semua peraturan yang berlaku di sekolah merupakan suatu kewajiban bagi setiap siswa.
    Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah (Nursisto, 2002:78). Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal. (lihat juga tulisan mengenai: menangkal pelanggaran disiplin dan tata tertib sekolah; antara hukuman dan disiplin sekolah).
    Menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan elektronik akhir-akhir ini menggambarkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang dilakukan oleh siswa semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dari berbagai jenis pelanggaran tata tertib sekolah, misalnya banyaknya siswa yang bolos atau minggat pada waktu jam belajar, perkelahian, terlambat datang ke sekolah, malas belajar, sering tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, tidak membuat pekerjaan rumah, merokok, dan lain-lain. Secara garis besar banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar di sekolah.
    Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar sanggup memerintahkan diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai kemampuan, juga melatih siswa agar ia dapat mengatur dirinya sendiri, sehingga para siswa dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.
Menanamkan kedisiplinan siswa merupakan tugas tenaga pengajar (guru). Untuk menanamkan kedisiplinan siswa ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, barulah kita dapat mendisiplinkan orang lain sehingga akan tercipta ketenangan, ketentraman, dan keharmonisan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Darmodihardjo (1980:12) yang mengatakan bahwa “Seorang guru tidak akan efektif mengajar apabila ia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa, dan seorang guru tidak akan hidup dengan norma Pancasila bila dia tidak meyakini dan menghayatinya.”

Referensi : http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/12/kedisiplinan-siswa-di-sekolah/